WAYANG KULIT
Wayang
merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang palig menonjol di
antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni
suara, seni musik, seni sastra, seni tutur, seni lukis, seni pahat dan seni
perlambang. Perkembangan wayang berkembang dari zaman ke zaman yang merupakan
sebagai media penerangan, dakwah, pendidikan, hiduran, pemahaman filsafat,
serta hiburan.
SEJARAH WAYANG
Ada
dua pendapat mengenai asal – usul wayang. Pertama, wayang berasal dan lahir
pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut
dan dikemukakan oleh para peneliti dan para ahli Bangsa Indonesia dan hasil
peneliti dari para sarjana bangsa barat. Kelompok para sarjana barat yang
termasuk dalam kelompok ini adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kryut.
LAHIRNYA WAYANG
Menurut
Ir.Sri Mulyono dalam bukunya yang berjudul Symbolisme dan Mistikisme dalam
Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yaitu
kira – kira 1.500 tahun sebelum masehi. Pendapatnya didasarkan atas tulisan
Robert Von Heine Geldern Ph.D,Preshistoric Research In The Netherland Indie
(1945) dan tulisan Prof.K.A.H.Hidding di Ensiklopedia Indonesia pada halaman
987.
Kata
“Wayang” diduga berasal dari “Wewayangan” yang berarti bayangan. Kenyataan ini
berdasarkan pada saat pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik
kain sebagai pembatas antara Dalang yang memainkan wayang dan penonton di balik
kelir itu. Para penonton wayang hanya dapat menyaksikan gerakan wayang melalui
bayangan pada kelir. Pagelaran Wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan
sederhana terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis
gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga masih belum ada.
Pada
kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita Wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab
Ramayana dan Mahabarata. Pada saat itu cerita Panji, yakni cerita tentang
leluhur raja – raja Majapahit mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk
wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk
pertunjukan Wayang Beber. Cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa para
Ulama Islam pada waktu itu diantaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mengkisahkan
para raja Majapahit, diantaranya cerita Damar Wulan. Masuknya Agama Islam ke
Indonesia sejak abad ke 15, memberi pengarh besar pada budaya Wayang, terutama
pada konsep religi dari falsafah wayang itu sendiri. Pada awal abad ke 15 atau
tepatnya pada zaman Kerajaraan Demak pagelaran Wayang mulai menggunakan lampu
minyak berbentuk khusus yang disebut Blencong.
Pada
zaman Kartasura, cerita Wayang yang tidak berinduk pada cerita Ramayana dan
Mahabarata semakin jauh dari kisah aslinya. Pada zaman itulah masyarakat
penggemar Wayang mengenal silsilah tokoh wayang seperti tokoh dewanya, yang
mempunyai asal – usulnya yaitu berawal dari Nabi Adam, dan berlanjut pada
kerajaan Jawa. Sejak munculnya Kerajaan Jawa pada cerita Wayang mulai dikenal
adanya cerita yaitu Wayang Pakem.
Pada
Wayang Pakem ini mulai dikenal standar cerita dan garis ceritanya.
CARA MEMBUAT WAYANG
KULIT
Cara
pembuatan Wayang Kulit tidaklah mudah selain dibutuhkan beberapa persyaratan
diantaranya seseorang yang harus mempunyai jiwa seni, kesabaran tingkat tinggi,
ketelatenan, dan keterampilan yang tidak semua orang dapat memilikinya. Oleh
karena itu harga dari sebuah Wayang Kulit cukup fantastik dimulai dari kisaran
harga ratusan, jutaan, bahkan sampai harga milyaran rupiah.
BAHAN – BAHAN MEMBUAT
WAYANG KULIT
Bahan
– bahan yang diperlukan untuk membuat sebuah Wayang Kulit adalah sebagai
berikut :
1. Kertas / Kardus
Kertas yang digunakan untuk pembuatan
Wayang Kulit adalah Kertas Marga. Dengan Kertas Marga inilah yang nantinya
digunakan untuk latihan menatah/memahat pada tahap awal.
2. Kulit
Kulit adalah bahan utama yang
digunakan untuk pembuatan Wayang Kulit. Adapun kulit yang digunakan untuk
pembuatan Wayang Kulit adalah Kulit Kambing, Kulit Kerbau, ataupun Kulit Sapi.
Diantara ketiga kulit ini, kulit kerbau merupakan salah satu kulit yang terbaik
untuk pembuatan Wayang Kulit dikarenakan kulit kerbau inilah yang merupakan
kulit yang mempunyai mutu sangat baik atau berkualitas tinggi.
Sebelum kulit – kulit tersebut
dipergunakan untuk pembuatan Wayang Kulit, terlebih dahulu kulit – kulit tersebut
diolah terlebih dahulu dengan baik dan benar agar kulit – kulit tersebut
mempunyai kualitas yang tinggi, baik dan tidak mudah rusak. Adapun cara
pengolahan kulit – kulit tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kulit harus direndam terlebih dahulu
selama 24 jam kemudian kulit direntangkan agar kulit tersebut menjadi lebar
sesuai dengan kebutuhannya pada pembuatan Wayang Kulit tersebut.
b. Kulit direntangkan agar menjadi lebar
lurus dan kencang dengan cara dijemur sampai benar – benar kering.
c. Setelah kulit tersebut kering kemudian
mulai dihaluskan dan dibersihan bagian – bagian kulit tersebut dengan cara
manual atau dengan cara dikerok. Tujuannya adalah agar kulit tersebut menjadi
halus, yang nantinya memudahkan untuk sang pembuatan Wayang Kulit dalam menatah,
memahat ataupun mengukirnya.
ALAT – ALAT YANG
DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT WAYANG KULIT
Adapun
alat – alat yang digunakan untuk membuat Wayang Kulit diantaranya :
1. Padukan
Adalah alat yang digunakan sebagai
landasan/alas untuk memahat, padukan ini biasanya terbuat dari kayu pohon sawo,
kayu ketos, kayu trengguli, yang sudah kering dan dihaluskan. Tujuannya adalah
agar digunakan sebagai landasan/alas pada saat memahat/mengukir kulit dalam
membuat Wayang Kulit ini lebih mempermudah sang pembuatnya.
2. Tindih
Tindih berasal dari bahasa Jawa yang
berarti sebagai beban atau yang membebani atau juga bisa berarti menekan.
Fungsi dari tindih inia dalah untuk menekan kulit pada saat proses pembuatan
Wayang Kulit tidak bergeser. Biasanya berat dari tindih ini berkisar antara 0,5
sampai dengan 3 kg yang mana tergantung dari kecil atau besarnya Wayang Kulit
yang akan dibuat.
3. Gandhen (Palu)
Gandhen atau palu digunakan sebagai
alat pemukul pahatan/pengukiran pada saat pembuatan Wayang Kulit.
4. Malam
Malam berfungsi sebagai bahan pelicin
pahatan agar mudah dicabut pada proses pemahatan pada kulit. Selain malam
biasanya juga dapat menggunakan bahan dari lilin atau sabun.
5. Tatah
Tatah atau pahat adalah digunakan
untuk memahat ataupun mengukir kulit pada pembuatan Wayang Kulit. Jenis tatah
ada dua yaitu tatah lurus dan tatah lengkung.
6. Ungkal
Berfungsi untuk mengasah tatah atau
pahat pada saat tatah atau pahat tersebut sudah mulai kurang tajam.
Setelah
bahan dan alat – alat tersebut sudah terpenuhi, maka mulailah membuat Wayang
Kulit tahap demi tahap, dengan memegang acuan yang mempunyai seni tinggi, kelitian,
kesabaran, dan kualitas tentunya.